Selasa, 16 Maret 2010

Pola Asuh

Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh
Keluarga merupakan pembentuk kepribadian yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak, hal ini disebabkan karena orang tua mempunyai pola asuh untuk anak-anaknya guna merawat, mengajarkan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarkan bagaimana bertingkah laku yang dapat diterima dalam norma masyarakat. Kasih sayang seorang pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan ramuan kunci dalam perkembangan sosial anak yang dapat meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara sosial dan menyesuaikan diri dengan baik pada tahun-tahun pra sekolah dan sesudahnya, mungkin saja orang tua merasa frustasi dalam mencoba menemukan cara terbaik untuk mencapainya (Santrock, 1995).
Menurut Harrington & Whifing (dalam Zahrah, 2004) pola asuh adalah interaksi antara pengasuh dan anak, yang meliputi pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara bergaul.
Tarmudji (2001) mengatakan pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Brooks (dalam Lazzarini, 2000) mengemukakan bahwa pola asuh adalah suatu proses yang didalamnya terdapat unsur melindungi, dan mengarahkan anak selama masa perkembangannya.
Sedangkan menurut Baumrind (1971), para orang tua tidak boleh menghukum dan mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Orang tua juga perlu untuk melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas kedewasaan perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses mengembangkan cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh masyarakat.

2. Dimensi Pola Asuh
Ada dua dimensi yang menjadi dasar dari kecenderungan jenis pola asuh orang tua menurut Baumrin (dalam Kail, 2000), yaitu
a. Responsifitas
Dimensi ini berkenaan dengan sikap orang tua yang penuh kasih sayang, memahami dan berorientasi pada kebutuhan anak. Sikap hangat yang ditunjukkan orang tua pada anak sangat penting dalam proses sosialisasi antara orang tua dan anak. Sering terjadi diskusi pada keluarga yang memiliki orang tua responsif, selain itu juga sering terjadi proses memberi dan menerima secara verbal diantara kedua belah pihak.
b. Tuntutan
Untuk mengarahkan perkembangan sosial anak secara positif, kasih sayang dari orang tua belumlah cukup. Kontrol diri dari orang tua dibtuhkan untuk mengembangkan anak agar menjadi individu yang kompeten baik secara intelektual maupun sosial. Conger dan Maccoby (dalam Shochib, 1998) dimensi ini berkenaan dengan tingkah laku orang tua yang melibatkan batasan dan pelaksanaan tuntutan yang tegas dan konsisten, menuntut kepatuhan, membuat harapan-harapan yang tinggi untuk anak, membatasi anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Ada orang tua yang membuat standar yang tinggi untuk anak-anaknya dan mereka menuntut agar standar tersebut dipenuhi.

3. Macam-macam Pola Asuh
Baumrind (dalam Berk, 1994) membedakan pola asuh menjadi :
a.Authoritarian
Orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan lingkungannya, menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah.
b. Authoritative
Orang tua memiliki batasan dan harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk menyediakan paduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas. Orang tua sangat menyadari tanggung jawab mereka sebagai figur yang otoritas, tetapi mereka juga tanggap terhadap kebutuhan dan kemampuan anak. Pola asuh ini dapat menjadikan sebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.
Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, enerjik, bersahabat, ceria, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi.
c.Permissive
Orang tua cenderung mendorong anak untuk bersikap otonomi, mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya.
d.Pola Asuh tidak Terlibat
Orang tua sama sekali tidak melakukan kontrol pada anak, hanya memberikan materi, cenderung untuk lebih memperhatikan dan mementingkan kebutuhan dirinya dengan menunjukkan sedikit perhatian kepada anaknya karena orang tua merasa ada baiknya menolak keberadaan anak karena mereka sendiri memiliki banyak masalah dan cenderung merespon anak dengan sadis. Anak dengan pola asuh ini akan memiliki keterbatasan dalam akademis dan sosial.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa :
1)Kepribadian orang tua
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya.
2)Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.


3)Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
4)Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik anak.
5)Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
6)Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
7)Jenis kelamin
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
8)Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas.
9)Konsep mengenai peran orang tua dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern.
10)Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.
11)Usia anak
Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan harapan orang tua.
12)Temperamen
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku.
13)Kemampuan anak
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam perkembangannya.
14)Situasi
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola outhoritative.

5. Dampak Pola Asuh
Baumrind & Black (dalam Tarmudji, 2001) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orangtua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri dalam membuat keputusan sendiri yang akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Meuler (dalam Tarmudji, 2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak yang diasuh oleh orangtua yang otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri adanya sikap menunggu dan menyerahkan segala-galanya pada pengasuhnya. Watson (dalam Anita, 2004) menemukan bahwa disamping sikap menunggu itu terdapat juga ciri-ciri keagresifan, kecemasan dan mudah putus asa. Baldin melakukan penelitian dengan membandingkan keluarga yang berpola demokratis dengan otoriter, asuhan dari orangtua demokratis menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, berani, lebih giat, dan lebih bertujuan. Sebaliknya, semakin otoriter orangtuanya maka makin berkurang ketidaktaatan anak, bersikap menunggu, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan kurang, dan menunjukkan ketakutan.
Jadi setiap pola asuh akan berpengaruh terhadap anak asuhannya dalam perilaku tertentu, misalnya terjadi adaptasi atau keagresifan pada anak.

Anita. (2004). Hubungan pola asuh otoriter dengan schizophrenia. Skripsi. Jakarta : Yayasan Akuntansi Indonesia
Baumrind, d. (1971). Currebt parents of parent authority developmental psychology.
Monograph 4, (1) = 1-103
Berk, L. E. (1994). Child development. (3rd ed). Boston : Iallyn and Bacon
Harlock, Elizabeth. (1995). Perkembangan anak jilid satu. Jakarta : PT Aksara Pratama
Kail, R. V. dan cavanaugh, J. C. The growing child 2th edition. New York : Harper
Collons Publisher
Lazzarini, V. (2000). Hubungan antara pola asuh yang terapkan oleh orang tua dengan minat siswa madarasah aliyah terhadap sekolahnya. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Santrock, John W. (1995). Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga
Shochib, M. (1998). Pola asuh orang tua. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tarmudji, T. (2001). Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja. www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar