Jumat, 14 Mei 2010

KOMPUTER PENGGANTI MANUSIA

Kemajuan teknologi jaman sekarang telah memunculkan alat teknologi yang disebut dengan computer. Computer sendiri bisa diartikan sebagai media atau alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Segala kegiatan baik orang dewasa maupun anak-anak tidak terlepas dari computer. Semua telah menggunakan alat media yang disebut computer. Baik untuk urusan pekerjaan, bisnis, ataupun melakukan permainan sekalipun. Ketergantungan manusia jaman sekarang terhadap computer bisa dijadikan teman terdekat mereka saat ini. Dengan computer, manusia bisa melakukan apa saja. Contohnya untuk mahasiswa, mereka tidak bisa terlepas dari computer. Computer dijadikan media sebagai pembelajaran, membuat tugas bahkan untuk sekedar melepas penat dengan memainkan permainan yang ada di dalam computer. Maka tak heran manusia sering dibandingkan dengan computer, karena segala aktifitas sudah terprogram layaknya computer. Cara berfikir manusia pun sudah sering disamakan dengan computer yaitu cara berfikir yang sudah terprogram.Weizenbium mengatakan bahwa computer mulai mengendalikan cara berpikir manusia menjadi cara berpikir mesin. Akibatnya dalam mencari solusi suatu permasalahan, kadang manusia tidak memikirkan aspek kemanusiaan, sosial dan HAM. Perdebatan mengenai ini terjadi pada tahun 1950-an sampai 1970-an. Perdebatan diantara para teknokrat memprediksi bahwa mungkin computer yang saat sangat membantu segala kegiatan manusia, suatu saat akan membodohi dan memperbudak manusia itu sendiri. Computer sebagai mesin akan menjadi lebih pintar dari manusia dan mesin dapat memahami manusia.
Namun seefektifnya komputer atau sepintarnya komputer, tetap saja computer tidak dapat disamakan dengan manusia, atau bahkan sebagai pengganti manusia. Banyak perbedaan diantara manusia dengan computer. Diantaranya, manusia dapat bergerak sedangkan computer tidak, manusia mempunyai tingkat emosional dan intuisi sedangkan computer tidak, manusia dapat bergerak sedangkan computer tidak, dan perbedaan yang benar-benar nyata adalah bahwa manusia adalah makhluk hidup sedangkan computer adalah benda mati.
Dan berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komputer tidak bisa disebut sebagai pengganti manusia. Namun hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa manusia telah memiliki hubungan psikologis dan keterikatan yang kuat dengan mesin, dalam hal ini adalah computer.

Selasa, 16 Maret 2010

1.Hypochondriasis
Hypochondriasis adalah gangguan dimana seseorang disibukkan dengan rasa takut mengalami penyakit serius.
Hypochondriasis terjadi paling sering diantara usia 20 dan 30 tahun dan tampak mempengaruhi kedua jenis kelamin secara seimbang. Beberapa orang dengan hypochondriasis juga mengalami depresi atau kegelisahan.
GEJALA
Hypochondriasis diduga ketika orang yang sehat dengan gejala ringan diasyikkan dengan gejala-gejala yang spesifik dan tidak bereaksi untuk ditentramkan kembali hatinya setelah evaluasi seksama. Hubungan pribadi dan performa kerja seringkali menderita sebagaimana orang tersebut menjadi semakin terarah dengan isu kesehatan
DIAGNOSA
Diagnosa pada Hypochondriasis dipastikan ketika keadaan berlangsung lama setidaknya 6 bulan dan gejala-gejala orang tersebut tidak dapat dihubungkan dengan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya.

2.Depresi
Depresi adalah suatu kelompok gangguan klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subyektif adanya penderitaan berat, simtom-simtom yang muncul seperti kesedihan, keputusasaan, perasaan tidak berharga dan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, gangguan makan, gangguan tidur, menarik diri, kehilangan konsentrasi, ide yang meloncat-loncat, tegang, kehilangan energi dan munculnya pikiran atau ide bunuh diri.
Bentuk-bentuk Depresi
Martin (dalam Hadi 2004), menyebutkan ada tiga jenis depresi, yaitu :
1.Depresi eksogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari luar, seperti “kehilangan” sesuatu atau seseorang
2.Depresi endogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari dalam, seperti gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf
3.Depresi neurotik, adalah depresi yang terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stres dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.

3.Masculinity – Femininity
Dimensi ini terkait dengan pembagian peran antar gender dalam masyarakat. Maskulinitas mengindikasikan kecenderungan suatu masyarakat untuk menunjukkan kebanggaan personal melalui prestasi, ketegasan, heroisme, kesuksesan finansial dan material.
Femininitas mengindikasikan kecenderungan suatu masyarakat terhadap hubungan kekeluargaan, kesederhanaan, kepedulian terhadap yang lemah, dan kesetaraan hidup serta pelestarian lingkungan.

4.Paranoia
Paranoia adalah gila-di luar pemikiran yang wajar dan rasional. Sekarang istilah paranoia merujuk kepada ketakutan tak berdasar dan tak rasional.
Gejala Penampakan
Penderita paranoia yang ringan masih bisa bekerja dan berkeluarga namun pada umumnya lingkup kehidupannya terbatas. Ia sukar mempercayai orang yang berada di luar lingkar kepercayaannya. Ia senantiasa bertanya-tanya apakah yang sesungguhnya terkandung di balik perkataan atau perbuatan orang. penderita paranoia mengembangkan dan hidup dalam delusi-pemikiran tidak rasional dan jauh dari realitas-yang berisikan ketakutan. Pada umumnya ketakutan penderita paranoia bertema ancaman-seseorang atau sekelompok orang tengah merancang rencana untuk mencelakakannya. Biasanya penderita paranoia dapat membingkai cerita yang mendetail tentang bagaimanakah caranya orang atau kelompok ini berusaha mencelakakannya. Agar ia terselamatkan dari rancangan "jahat" itu, maka ia pun menciptakan sebuah rencana balasan untuk menyingkapkan rancangan jahat itu dan menyelamatkan dirinya dari kejaran "orang jahat" itu.
Dampak
Siapa pun yang pernah hidup dengan penderita paranoia tahu betapa sulitnya hidup dengannya. Apa pun yang kita katakan untuk meyakinkannya bahwa pikirannya keliru, tidaklah akan membawa hasil. Dampak terburuk adalah bila ia menganggap bahwa kitalah sumber ancaman baginya. Ia dapat melarikan diri dari hadapan kita atau ia berupaya untuk menyerang kita terlebih dahulu. Atau dampak lainnya adalah jika ia beranggapan bahwa ia harus melindungi kita dari ancaman luar, maka ia akan membangun benteng untuk memisahkan kita dari dunia luar.
Penanganan
Gangguan ini dapat diobati namun sukar disembuhkan. Dengan bantuan obat maka delusi ketakutannya dapat ditekan namun ketakutan dan kecurigaan bisa muncul kembali sewaktu-waktu.

5.Psychasthenia
Psychasthenia adalah gangguan jiwa yang  bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal.
Gejala-gejala Psychasthenia:
Phobia
Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan, penderita tidak tahu mengapa takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang, sehingga ia semakin merasa cemas. Diantara phobia yang terkenal ialah takut berada di tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah orang ramai, melihat darah, binatang kecil, kotoran dan sebagainya.
Obsesi
Obsesi yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa dihindarinya.
Kompulsif
Kompulsif adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka penderita akan merasa gelisah dan cemas, kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan, gejalanya banyak seperti:
a.repetitive compulsive : orang terpaksa mengulang-ngulang pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua pengulangan  dianggap sebagai gangguan jiwa. Pengulangan yang termasuk gangguan jiwa ialah apabila kelakuan itu mempengaruhi hubungan sosialnya, dalam mencapai suatu  kebutuhan atau keinginannya. Disamping itu ia terpaksa pula mengeluarkan tenaga lebih banyak dari kebutuhan pekerjaannya, karena untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya, ia terpaksa mengulang ulanginya kembali.
b.serial compulsive : Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan  tertentu dalam kehidupannya sehari-hari.
c.compulsive ordelinenese : Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seseorang akan  merasa terganggu bila buku-buku dalam almarinya diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia akan merasa gelisah.
d.copulsive magic : Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu sebelum melakukan suatu pekerjaan.
e.Kleptomania : Penderita terpaksa mencuri baran orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindari dirinya dari tindakan itu
f.Fetishism : Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yan berlainan.
g.compulsive yang berhubungan dengan seksuil: Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama, seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua orang yang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.


6.Schizoprenia
Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.
Jenis Schizophrenia
Schizophrenia paranoid : ditandai dengan keasyikan dengan khayalan atau halusinasi pendengaran; berbicara ngawur dan emosi yang aneh menonjol.
Hebephrenic : atau Schizophrenia tidak teratur ditandai dengan berbicara ngawur, kelakuan aneh, dan emosi datar yang aneh.
Schizophrenia Catatonic : didominasi dengan gejala fisik seperti keadaan tak bergerak, gerak tubuh berlebihan, atau melakukan postur aneh.
Gejala
Khayalan : adalah kepercayaan palsu yang biasanya meliputi salah tafsir persepsi atau pengalaman.
Halusinasi : penglihatan, bau, rasa, atau sentuhan mungkin terjadi, meskipun halusinasi suara (halusinasi pendengaran) adalah yang sering terjadi.
Kelakuan aneh : mungkin berubah bentuk menjadi kebodohan kanak-kanak, kegelisahan, atau penampilan, kebersihan, atau berlagak yang tak pantas.
Gejala defisit atau negatif Schizophrenia termasuk tidak terpengaruh, kemunduran ketrampilan berbicara, anhedonia, dan antisosial.
a. Tidak terpengaruh : seperti emosi yang datar. Mimik penderita mungkin tak beremosi; kontak mata buruk dan kesulitan mengekspresikan perasaan. Peristiwa yang umumnya membuat orang tertawa atau menangis tak diresponnya.
b. Anhedonia : merujuk pada ketidakmampuan menikmati kesenangan; penderita mungkin kurang tertarik pada hobinya dan melewatkan lebih banyak waktu tanpa tujuan.
c. Asosial : adalah kurangnya ketertarikan untuk berhubungan dengan orang lain.
Gejala-gejala negatif ini sering dihubungkan dengan kehilangan motivasi, pencapaian maksud, dan cita-cita.


7.Hypomania
Penderita kelainan bipolar yang mengalami perpindahan suasana di antara depresi berat dan “tinggi” dikenal sebagai mania atau lebih rendah yang dikenal sebagai hypomania. Gejala-gejala yang tinggi termasuk merasa terganggu, suasana hati yang meningkat disertai dengan turunnya kebutuhan untuk tidur, menyerocos dan tingkah laku kasar yang dipicu oleh pertimbangan yang buruk sehingga mengakibatkan konsekuensi yang menyakitkan bagi mereka sendiri atau orang-orang yang dikasihinya.

SEMPURNA (Andra and The backbone)

SEMPURNA

Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah..
Kau membuat diriku akan slalu memujamu..
Di setiap langkahku, ku kan slalu memikirkan dirimu..
Tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa dirimu..
Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi semua..
Hanya bersamamu ku akan bisa..
Kau adalah darahku, kau adalah jantungku..
Kau adalah hidupku lengkapi diriku..
Oh sayangku kau begitu..
SEMPURNA..SEMPURNA..
Kau genggam tanganku, saat diriku lemah dan terjatuh..
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku..
Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi semua..
Hanya bersamamu ku akan bisa..
Kau adalah darahku, kau adalah jantungku..
Kau adalah hidupku lengkapi diriku..
Oh sayangku kau begitu..
SEMPURNA..SEMPURNA..
Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi semua..
Hanya bersamamu ku akan bisa..
Kau adalah darahku, kau adalah jantungku..
Kau adalah hidupku lengkapi diriku..
Oh sayangku kau begitu..
Kau adalah darahku, kau adalah jantungku..
Kau adalah hidupku lengkapi diriku..
Oh sayangku kau begitu..sayangku kau begitu..
SEMPURNA..SEMPURNA..
SEMPURNA..SEMPURNA..   

--aNdRa n The BacKBone--

DEAR GOD (Avenged Sevenfold)

DEAR GOD

A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love purpose hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
Back where I'd love to be, oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
to hold her when I'm not around,
when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
’Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
and all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
to hold her when I'm not around,
when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
’Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again
Some search, never finding a way
Before long, they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in, to selfish ways
And how I miss someone to hold
when hope begins to fade...
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love purpose hard to find
Dear God the only thing I ask of you is
to hold her when I'm not around,
when I'm much too far away
We all need the person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
’Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again

Pola Asuh

Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh
Keluarga merupakan pembentuk kepribadian yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak, hal ini disebabkan karena orang tua mempunyai pola asuh untuk anak-anaknya guna merawat, mengajarkan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarkan bagaimana bertingkah laku yang dapat diterima dalam norma masyarakat. Kasih sayang seorang pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan ramuan kunci dalam perkembangan sosial anak yang dapat meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara sosial dan menyesuaikan diri dengan baik pada tahun-tahun pra sekolah dan sesudahnya, mungkin saja orang tua merasa frustasi dalam mencoba menemukan cara terbaik untuk mencapainya (Santrock, 1995).
Menurut Harrington & Whifing (dalam Zahrah, 2004) pola asuh adalah interaksi antara pengasuh dan anak, yang meliputi pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara bergaul.
Tarmudji (2001) mengatakan pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Brooks (dalam Lazzarini, 2000) mengemukakan bahwa pola asuh adalah suatu proses yang didalamnya terdapat unsur melindungi, dan mengarahkan anak selama masa perkembangannya.
Sedangkan menurut Baumrind (1971), para orang tua tidak boleh menghukum dan mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Orang tua juga perlu untuk melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas kedewasaan perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses mengembangkan cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh masyarakat.

2. Dimensi Pola Asuh
Ada dua dimensi yang menjadi dasar dari kecenderungan jenis pola asuh orang tua menurut Baumrin (dalam Kail, 2000), yaitu
a. Responsifitas
Dimensi ini berkenaan dengan sikap orang tua yang penuh kasih sayang, memahami dan berorientasi pada kebutuhan anak. Sikap hangat yang ditunjukkan orang tua pada anak sangat penting dalam proses sosialisasi antara orang tua dan anak. Sering terjadi diskusi pada keluarga yang memiliki orang tua responsif, selain itu juga sering terjadi proses memberi dan menerima secara verbal diantara kedua belah pihak.
b. Tuntutan
Untuk mengarahkan perkembangan sosial anak secara positif, kasih sayang dari orang tua belumlah cukup. Kontrol diri dari orang tua dibtuhkan untuk mengembangkan anak agar menjadi individu yang kompeten baik secara intelektual maupun sosial. Conger dan Maccoby (dalam Shochib, 1998) dimensi ini berkenaan dengan tingkah laku orang tua yang melibatkan batasan dan pelaksanaan tuntutan yang tegas dan konsisten, menuntut kepatuhan, membuat harapan-harapan yang tinggi untuk anak, membatasi anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Ada orang tua yang membuat standar yang tinggi untuk anak-anaknya dan mereka menuntut agar standar tersebut dipenuhi.

3. Macam-macam Pola Asuh
Baumrind (dalam Berk, 1994) membedakan pola asuh menjadi :
a.Authoritarian
Orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan lingkungannya, menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah.
b. Authoritative
Orang tua memiliki batasan dan harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk menyediakan paduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas. Orang tua sangat menyadari tanggung jawab mereka sebagai figur yang otoritas, tetapi mereka juga tanggap terhadap kebutuhan dan kemampuan anak. Pola asuh ini dapat menjadikan sebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.
Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, enerjik, bersahabat, ceria, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi.
c.Permissive
Orang tua cenderung mendorong anak untuk bersikap otonomi, mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya.
d.Pola Asuh tidak Terlibat
Orang tua sama sekali tidak melakukan kontrol pada anak, hanya memberikan materi, cenderung untuk lebih memperhatikan dan mementingkan kebutuhan dirinya dengan menunjukkan sedikit perhatian kepada anaknya karena orang tua merasa ada baiknya menolak keberadaan anak karena mereka sendiri memiliki banyak masalah dan cenderung merespon anak dengan sadis. Anak dengan pola asuh ini akan memiliki keterbatasan dalam akademis dan sosial.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa :
1)Kepribadian orang tua
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya.
2)Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.


3)Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
4)Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik anak.
5)Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
6)Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
7)Jenis kelamin
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
8)Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas.
9)Konsep mengenai peran orang tua dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern.
10)Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.
11)Usia anak
Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan harapan orang tua.
12)Temperamen
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku.
13)Kemampuan anak
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam perkembangannya.
14)Situasi
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola outhoritative.

5. Dampak Pola Asuh
Baumrind & Black (dalam Tarmudji, 2001) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orangtua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri dalam membuat keputusan sendiri yang akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Meuler (dalam Tarmudji, 2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak yang diasuh oleh orangtua yang otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri adanya sikap menunggu dan menyerahkan segala-galanya pada pengasuhnya. Watson (dalam Anita, 2004) menemukan bahwa disamping sikap menunggu itu terdapat juga ciri-ciri keagresifan, kecemasan dan mudah putus asa. Baldin melakukan penelitian dengan membandingkan keluarga yang berpola demokratis dengan otoriter, asuhan dari orangtua demokratis menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, berani, lebih giat, dan lebih bertujuan. Sebaliknya, semakin otoriter orangtuanya maka makin berkurang ketidaktaatan anak, bersikap menunggu, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan kurang, dan menunjukkan ketakutan.
Jadi setiap pola asuh akan berpengaruh terhadap anak asuhannya dalam perilaku tertentu, misalnya terjadi adaptasi atau keagresifan pada anak.

Anita. (2004). Hubungan pola asuh otoriter dengan schizophrenia. Skripsi. Jakarta : Yayasan Akuntansi Indonesia
Baumrind, d. (1971). Currebt parents of parent authority developmental psychology.
Monograph 4, (1) = 1-103
Berk, L. E. (1994). Child development. (3rd ed). Boston : Iallyn and Bacon
Harlock, Elizabeth. (1995). Perkembangan anak jilid satu. Jakarta : PT Aksara Pratama
Kail, R. V. dan cavanaugh, J. C. The growing child 2th edition. New York : Harper
Collons Publisher
Lazzarini, V. (2000). Hubungan antara pola asuh yang terapkan oleh orang tua dengan minat siswa madarasah aliyah terhadap sekolahnya. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Santrock, John W. (1995). Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga
Shochib, M. (1998). Pola asuh orang tua. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tarmudji, T. (2001). Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja. www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.htm

Anak Usia Dini

Anak Usia Dini

1.Pengertian Anak Usia Dini
Masa anak-anak usia dini dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Selama periode kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sejumlah perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupun psikologis (Desmita, 2006).
Masa anak usia dini adalah masa anak-anak awal yang berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock dalam Desmita, 2006).
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini merupakan masa anak-anak awal yang berusia dari umur 2 tahun sampai 6 tahun dan mengalami perubahan yang signifikan baik secara fisik maupun psikologis.

2.Perkembangan Kognitif dan Metakognitif pada Anak Usia Dini
Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi lebih besar, mereka berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, dan bagaimana, seseorang dapat meningkatkan penilaian kognitif mereka. Piaget dalam Desmita (2006), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagai “pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengelaman-pengalaman yang dialaminya.
Para ahli psikologi menyebut tipe pengetahuan ini dengan metakognitif (metacognitive), yaitu pengetahuan tentang kognisi (Wellman dalam Desmita, 2006). Menurut margaret W. Matlin dalam Desmita (2006), metakognitif adalah “knowledge and awareness about cognitive processes – or our thoughts about thinking.” Jadi, yang dimaksud dengan metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran. Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita untuk merenungkan proses kognitif kita sendiri. Metakognitif ini memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita di masa mendatang.
Wellman dan Gelman dalam Desmita (2006) juga menunjukkan bahwa pemahaman anak tentang pemikiran manusia tumbuh secara ekstensif sejak tahun-tahun pertama kehidupannya. Kemudian pada usia 3 tahun anak menunjukkan suatu pemahaman bahwa kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan internal dari seseorang berkaitan dengan tindkan-tindakan orang tersebut. Secara lebih rinci Wellman menunjukkan kemampuan Pikiran anak usia 3 tahun dalam empat tipe pemahaman yang menjadi dasar bagi pikiran teoritis mereka, yaitu:
a.Memahami banyak pikiran terpisah dari objek-objek lain
b.Memahami bahwa pikiran menghasilkan keinginan dan kepercayaan
c.Memahami tentang bagaiman tipe-tipe keadaan mental yang berbeda-beda berhubungan, dan
d.Memahami bahwa pikiran digunakan untuk menggambarkan realitas eksternal.

Berdasarkan uraian diatas perkembangan kognitif dan metakognitif pada anak usia dini dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Dan pemahaman anak tentang pemikiran manusia tumbuh secara ekstensif sejak tahun-tahun pertama kehidupannya. Kemudian pada usia 3 tahun anak menunjukkan suatu pemahaman bahwa kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan internal dari seseorang berkaitan dengan tindakan-tindakan orang tersebut

3.Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Schaerlaekens dalam Desmita, (1997), membedakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga, yaitu periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata), dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal).

1.Fungsi Permainan pada Anak Usia Dini
Permainan menpunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Hetherington dan Parke (1979), menyebutkan tiga fungsi utama dari pemainan, yaitu:
Fungsi Kognitif Permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan, anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang diahadapinya.
Fungsi sosial permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.
Fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainam memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Karena tekanan-tekanan batin terlepaskan di dalam permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi utama dari permainan pada anak dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu, Fungsi Kognitif Permainan membantu perkembangan kognitif anak, Fungsi sosial permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, Fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya

2.Jenis-Jenis Permainan pada Anak Usia Dini
Berdasarkan observasinya terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun, Parten dalam Desmita (2006) menemukan 6 kategori permainan anak-anak yaitu:
a.Permainan Unoccupied. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol.
b.Permainan Solitary. Anak dalam sebuah kelompok asyik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan tidak peduli terhadap apa pun yang terjadi.
c.Permainan Onlooker. Anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain. Anak ikut berbicara dengan anak-anak lain itu dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas permainan tersebut.
d.Permainan Parallel. Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat permainan.
e.Permainan Assosiative. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada suatu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan.
f.Permainan Cooperative. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dam membuat sesuatu yang nyata, di mana setiap anak mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kelompok ini dipimpin dan diarahkan oleh satu atau dua orang anak sebagai pemimpin kelompok.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis permainan pada anak usia dini dapat digolongkan menjadi 6 kategori yaitu Permainan Unoccupied, Permainan Solitary, Permainan Onlooker, Permainan Parallel, Permainan Assosiative, Permainan Cooperative.

Desmita., “Psikologi Perkembangan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Manfaat e-learning bagi pelajar

Tema : E-learning
Judul : Manfaat e-learning bagi pelajar

Definisi e-learning
Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley yang menyatakan:
e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms (2001) menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:
e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
Matthew Comerchero dalam E-Learning Concepts and Techniques (2006) mendefinisikan:
E-learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi, dan teknologi. Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa harus menjaga diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang-pergi. Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang dapat diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai dan sarana teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet.
Dari definisi-definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning (Wahono, 2005).

Fitur E-learning
E-learning memiliki fitur-fitur sebagai berikut :
1.Konten yang relevan dengan tujuan belajar
2.Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar.
3.Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar.
4.Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun belajar secara individu (asynchronous)
5.Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.

Elemen E-learning
Definisi e-learning memiliki beberapa elemen tentang apa, bagaimana, dan mengapa dari e-learning :
1.Apa. E-learning memasukkan baik konten, yaitu informasi, dan metode instruksional, yaitu teknik, yang membantu orang mempelajari konten belajar.
2.Bagaimana. E-learning didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu dam dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung.
3.Mengapa. E-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya.

Aspek Penting dalam E-learning
1.E-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal. Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning haruslah memiliki karakteristik berikut:
a.just in time –tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b.on-demand – tersedia setiap saat.
c.bite-sized – tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.
2.E-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia. Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning bahwa e-learning hanya membuat konten saja. Sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial. E-learning menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui komunitas online pengguna e-learning. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi ilmu antara sesama pengguna e-learning.
3.E-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama. E-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak langsung (asynchronous).
4.E-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model e-learning disebut juga Pull Model of Learning.

Keuntungan Menggunakan E-learning
Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya sebagai berikut:
1.Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda.
2.Menghemat waktu proses belajar mengajar
3.Mengurangi biaya perjalanan
4.Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku)
5.Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
6.Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
 
Kelemahan Menggunakan E-learning
Kelemahan menggunakan e-learning diantaranya sebagai berikut:
1.Karena e-learning menggunakan teknologi informasi, tidak semua orang terutama orang yang masih awam dapat menggunakannya dengan baik.
2.Membuat e-learning yang interaktif dan sesuai dengan keinginan pengguna membutuhkan programming yang sulit, sehingga pembuatannya cukup lama.
3.E-learning membutuhkan infrastruktur yang baik sehingga membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi.
4.Tidak semua orang mau menggunakan e-learning sebagai media belajar.
Arsitektur E-learning

Manfaat E-learning bagi Pelajar

Sekilas perlu kita pahami ulang apa e-Learning itu sebenarnya. E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning memungkinkan pelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada. Pelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran. E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh pelajar dalam pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa program e-Learning sangat bermanfaat bagi para pelajar. Disamping itu e-Learning banyak keuntungannya, diantaranya adalah fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda, menghemat waktu proses belajar mengajar, mengurangi biaya perjalanan, menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku), menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, dan melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan

 http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25%3Aindustri&id=227%3Ae-learning&option=com_content&Itemid=15